Masa awal
Sejarah penggunaan aspal telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi
oleh bangsa Sumeria dan Mesopotamia.
Mereka menggunakan aspal (bitumen) sebagai lapis pengedap untuk bak mandi
maupun kolam-kolam air di istana dan kuil.
Aspal yang digunakan adalah aspal yang didapat secara alami.
Aspal terdapat di alam dalam bentuk lake asphalt (seperti dodol) dan rock
asphalt (biasanya keras, campuran dari aspal, tanah, kapur, dan lempung).
Aspal tercatat pertama kali digunakan sebagai bahan konstruksi jalan,
terjadi di Babilonia sekitar tahun 625 SM pada masa kekuasaan Raja
Naboppolassar seperti yang tercatat dalam prasasti peninggalannya.
Pengguna aspal dalam Percepatan Transportasi dan ekonomi
istilah aspal berasal dari bahasa Yunani kuno asphaltos, kemudian bangsa
Romawi mengubahnya menjadi asphaltus, lalu diadaptasi ke dalam bahasa Inggris
menjadi asphalt, dan kita menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
aspal.
Berabad kemudian setelah jaman Babilonia, Sir Walter Raleigh menuliskan
dalam catatannya (tahun 1595) tentang penemuan deposit lake asphalt di
Trinidad, dekat pantai Venezuela. Dia menggunakan aspal tersebut sebagai
pelapis dinding kapalnya.
Sejarah penggunaan aspal untuk pembuatan jalan di abad modern dapat
ditelusur kembali pada masa abad ke 18. Seorang insinyur Inggris yang bernama
John Metcalf (lahir 1717) harus membangun jaringan jalan di Yorkshire dengan
total panjang hampir 300 km. Jalan dibuat dengan batuan berukuran besar
diletakkan di bawah sebagai pondasi yang kuat, kemudian di atasnya diberi batu
galian, lalu kerikil sebagai lapis penutup. Thomas Telford membangun jaringan
jalan di Skotlandia pada tahun 1803-1821 sepanjang hamper 1.500 km. Telford
menyempurnakan metode pembuatan jalan Metcalf, dengan mengganti batu galian
dengan batu pecah. Ketebalan lapisan batu pecah juga sudah dihitung berdasar
karakter lalu lintas yang akan melintasi.
Pada saat yang hampir bersamaan, John Loudon McAdam secara terpisah
membangun jalan-jalan masuk menuju Skotlandia mirip dengan cara Telford. McAdam
juga menemukan tanah yang terikut dalam keadaan kering tidak akan turun ke
dasar jalan. McAdam mengatur batuan sedemikian rupa sehingga bertemu antar
sudutnya dan membentuk permukaan yang kuat / keras. Pada masa-masa berikutnya,
metode konstruksi ini diperbaiki untuk mengurangi debu jalanan di musim kemarau
dengan cara disiram ter panas. Metode ini disebut dengan lapis tarmacadam.
Baru pada tahun 1870 campuran aspal digunakan untuk pembangunan jalan, yang
dilakukan oleh seorang ahli kimia Belgia, yang bernama Edmund J. DeSmedt,
ketika membangun jalan di depan balai kota Newark, New Jersey, USA. Campuran
yang digunakan adalah pasir dan aspal alam dari Trinidad. Hasil yang memuaskan
membuat para kontraktor pembangun jalan segera memanfaatkan aspal sebagai bahan
konstruksi pada proyek-proyek pembangunan jalan yang dikerjakan.
Pada masa ini, aspal yang digunakan maupun campuran hotmix yang diproduksi
belumlah memakai spesifikasi seperti yang kita kenal sekarang. Oleh karena
proyek pembangunan jalan yang menggunakan aspal mulai meningkat banyak, untuk
mempertahankan kualitas hasil yang baik, Pemerintah Kota New York hanya
mensyaratkan penggunaan batu bata atau batu granit, namun dengan jaminan selama
15 tahun baik untuk material maupun pelaksanaan. Karena pengetahuan kontraktor
masih terbatas, banyak jalan yang tidak dapat bertahan selama 15 tahun, dan
sebagai akibatnya banyak kontraktor yang bangkrut. Akibat lanjutannya adalah
proyek-proyek jalan berikutnya menjadi meningkat harganya untuk mengkompensasi
garansi selama 15 tahun tersebut.
Sampai tahun 1900an, hampir seluruh aspal yang digunakan berasal dari aspal
alam Trinidad. Di sisi lain, mulai banyaknya penemuan sumur-sumur minyak bumi
membuat perkembangan kilang (refinery) semakin banyak dan meluas. Dari
pengoperasian kilang ternyata juga dihasilkan aspal. Akhirnya, pada tahun 1907
aspal yang dihasilkan dari kilang telah menggeser penggunaan aspal alam
Trinidad, karena aspal kilang lebih murah harganya.
Produksi HMA (Hot-Mix Asphalt, selanjutnya disebut hotmix saja) pertama
kali dilakukan secara manual, dengan cara memanaskan batuan atau pasir di atas
plat besi dengan menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Lalu aspal dituang,
dan pekerja kemudian mengaduk-aduk (membolak-balik) secara manual. Penggunaan
alat pengaduk, mixer, secara mekanis pertama kali dilakukan di Paris pada tahun
1854, namun masih sangat sederhana dan terbatas, sehingga untuk memproduksi
satu batch saja perlu waktu empat jam.
Rotary drum dan rotary drier pertama kali digunakan untuk produksi hotmix
pada tahun 1910. Mekanisasi sistem pengumpan dingin mulai diterapkan tahun
1920, sementara vibrating screen dan sistem injeksi tekanan (untuk pembakaran)
mulai ditambahkan sejak tahun 1930.
Metode pelaksanaan (konstruksi) juga mengalami perkembangan yang cukup
pesat. Pada masa awal, setelah hotmix dituang di lokasi proyek, lalu disebar
dan diratakan dengan tangan lalu dipadatkan dengan roller yang masih ditarik
dengan kuda. Tahun 1920 tercatat penggunaan pertama spreader secara mekanis
untuk menghampar hotmix (mengadop dari pelaksanaan pekerjaan beton). Tahun
1930, Sheldon G. Hayes adalah orang yang pertama menggunakan finisher (tipe
Barber-Greene) untuk menyebar atau menghampar hotmix. Finisher ini terdiri atas
unit traktor dan screed yang dilengkapi dengan vertical tamping bar.
Pengembangan aspal abad 19
J.S. Helm, President of the Asphalt Institute, pada tahun 1939 menyatakan
bahwa aspal sudah menjadi material yang sangat penting untuk pembangunan maupun
pemeliharaan jalan. Dalam waktu empat tahun, 1934-1937, jalan yang dibangun
dengan HMA (hotmix asphalt) sudah lebih dari 80%.
Selama perang dunia kedua teknologi peningkatan kualitas aspal maupun
metode konstruksi jalan berkembang pesat seiring dengan kebutuhan dunia militer
untuk mengakomodasi pergerakan dan mobilisasi alat-alat perang yang relatif
berat. Ketika perang selesai dan orang banyak berpindah ke perkotaan,
proyek-jproyek jalan di Amerika mengalami masa booming. Pada tahun 1956,
Konggres Amerika menyetujui undang-undang pembangunan jalan yang menelan dana
hingga USD 51 milyar untuk pembangunan jalan nasional saja (bandingkan dengan
anggaran Binamarga untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional tahun 2008
ini yang hanya berkisar USD 2 milyar; inipun setelah ada kesadaran dari
Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki infrastruktur jalan, masa-masa
sebelumnya hanya maksimal separuhnya). Lonjakan proyek-proyek jalan ini membuat
kontraktor membutuhkan peralatan yang lebih besar kapasitasnya dan juga lebih
bagus kinerjanya. Paver dengan sistem kontrol elektronik untuk mengatur level
penghamparan hotmix mulai diperkenalkan tahun 1950, sedang screed yang
dilengkapi dengan kontrol mulai digunakan tahun 1960an. Finisher yang dapat
digunakan untuk menghampar dua lajur sekaligus mulai digunakan tahun 1968.
Salah satu inovasi peralatan yang cukup penting untuk dunia konstruksi jalan
adalah dengan diperkenalkannya alat angkut hotmix yang dapat membuang dari
bawah (saat ini kita mengenalnya dengan sebutan dumptruck), sehingga hotmix
dapat dimasukkan ke bagian depan paver (finisher), dan paver dapat beroperasi
secara terus-menerus.
Sampai tahun 1950an, pemadatan hotmix di lapangan hanya menggunakan tandem
roller yang ringan ditambah dengan three-wheel roller yang berat. Saat ini,
pemadatan sudah dilakukan dengan 5-wheel roller dan tandem roller yang
dilengkapi dengan sistem penggetar (vibratory)
Title Post: Sejarah aspal dan inovasi pengembangannya
Rating: 100% based on 99998 ratings.
Author: Unknown
Terimakasih sudah berkunjung di blog info umum kita , Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar
Rating: 100% based on 99998 ratings.
Author: Unknown
Terimakasih sudah berkunjung di blog info umum kita , Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar
0 komentar:
Posting Komentar